Tahun baru mengandung harapan baru. Percaya dan berdoa agar kita dapat melihat keadaan yang lebih baik. Walau secara kasat mata apa yang kita lihat sepertinya bukanlah apa yang kita harapkan.
Akhir-akhir ini masyarakat, keluarga dan bahkan banyak sekali warga kita yang dilanda beraneka badai kehidupan. Bangsa ini masih tenggelam dalam krisis multidimensi. Krisis moral, krisis ekonomi dan dalam banyak hal krisis kemasyarakatan. Baca saja koran, headline yang muncul adalah pembunuhan, perampokan, kerusuhan, narkoba, perkosaan dll. Daftar ini bisa panjang sekali.
Kalau membayangkan wajah-wajah yang mengalami krisis dan badai kehidupan itu, kita akan mudah menyadari betapa berat beban kehidupan yang dialami warga kita, keluarga kita dan bahkan bangsa kita.
Badai kehidupan bukan barang baru bagi umat Kristiani. Di Taman Eden, manusia pertama saja mengalami badai kehidupan yang amat mencekam karena kejatuhan dalam dosa. Manusia takut dan pergi bersembunyi. Di zaman Nuh, bayangkan badai kehidupan yang menimpa umat manusia ditelan air bah, karena dosa mereka. Nuh memang selamat, tetapi sebagai manusia pasti ia bergumul karena punahnya begitu banyak manusia.
Yusuf, seorang muda, mau dibunuh saudaranya, kemudian dijual, menjadi seorang hamba, masuk penjara. Namun tetap setia, dan akhirnya menjadi raja muda dan menjadi berkat bagi banyak orang. Daniel, seorang pintar, menjadi tawanan politik, dipersiapkan untuk kepentingan lain, namun ia tak mau melupakan Tuhannya dan tetap setia, sehingga masuk kandang singa sekali pun tak menjadi masalah.
Banyak sekali cerita teladan yang patut kita renungkan mengenai penderitaan anak manusia, karena perbuatannya, karena penyalahgunaan kekuasaan, atau karena berbuat baik. Dari berbagai contoh tersebut, kita dapat bertanya apakah yang membuat mereka menang atas badai kehidupan yang menimpa mereka. Kata kuncinya adalah M-E-N-A-N-G. Dalam refleksi ini akan diangkat MENANG itu.
M - mata tertuju pada Yesus. Ibrani 12:1-2 berbicara tentang perlombaan iman dengan mata tertuju pada Yesus. Dialah yang akan membawa iman kita pada kesempurnaan. Yusuf, dalam menghadapi badai kehidupan selalu setia pada Tuhan sehingga semua yang dikerjakannya diberkati Tuhan. Dalam menghadapi badai, janganlah mata kita tertuju pada badai, atau kekuatan atau kuasa lain, melainkan pada Dia yang Mahakuasa yang mampu mengatasi segala masalah yang menimbulkan badai kehidupan.
E - emosi yang dibuat tangguh oleh Tuhan. Sekarang ini para ahli tidak lagi hanya berbicara tentang Intelligent Quotient, melainkan juga Emotional Quotient, bahkan juga Emotional Competente. Emosi yang tangguh adalah bagian dari kepribadian yang tangguh, ulet dan tak mudah tergoyahkan atau terpengaruh, seorang yang kukuh pada pendirian yang benar. Ia tak mudah putus asa melainkan selalu berpengharapan, mampu melihat sinar cerah di balik awan gelap.
N - niat atau komitmen yang kukuh. Karena komitmennya pada Tuhan, maka apa pun yang terjadi, ia setia pada Tuhan. Badai pasti berlalu, kuasa Tuhan akan tetap sepanjang masa. Oleh karena itu, ia akan berpegang teguh pada janji Tuhan, ia akan hanya mengandalkan kuasa Tuhan.
A - akal yang dikuasai Tuhan. Akal yang diberikan Tuhan ia kembangkan dan pakai sebaik-baiknya bagi kemuliaan Tuhan. Talenta yang manusia terima, mungkin 2 atau 5, dilipat gandakan untuk memuliakan Tuhan (Matius 25). Kita harus belajar, berlatih sehingga kalau badai datang kita akan dimampukan Tuhan untuk melihat jalan kemenangan di atas badai itu. Tidak berarti bahwa semuanya akan mulus, tetapi karena kita sudah disiapkan, kita bisa seperti Yusuf yang berubah dari seorang budak menjadi raja muda, agar menjadi berkat.
N - networking serta kemitraan (Kisah Para Rasul 2:41-47). Karena kebersatuannya dengan Tuhan, kita dapat dimenangkan oleh Tuhan karena kita berada dalam Tuhan (Yohanes 15:5). Kita akan didukung dan didoakan oleh kawan sepersekutuan. Kita tak pernah merasa sendirian.
G - gerakan serta tindakan. Karena kita bersama Tuhan, sudah diberdayakan dalam Tuhan, serta memiliki keyakinan akan dukungan kawan seiman, maka kita berani, kuat, termotivasi untuk mengadakan gerakan pembaruan, gerakan pelayanan, gerakan kemenangan. Kita melihat badai sebagai kesempatan untuk melayani, untuk menyatakan kuasa Tuhan, untuk berbuat sesuatu yang memuliakan Tuhan. Kita sadar bahwa hidup ini akan banyak menghadapi badai, namun bukan badai itu yang menjadi perhatiannya, melainkan kuasa Tuhan yang harus diwujudkan dalam menghadapi badai itu. Karya penyelamatan, karya pembaruan, karya yang membawa kesejahteraan.
Orang beriman adalah orang yang MENANG atas badai kehidupan. Selamat berlomba dalam perlombaan iman untuk mencapai kemenangan sepanjang tahun.
Sumber: Berbagai Sumber